Kamis, 23 Agustus 2007

PERESMIAN KELOMPOK BERMAIN PAUD TUMBUHKEMBANG


sumber : http://tumbuhberkembang.blogspot.com/ http://erwesepuluh.wordpress.com/ http://tumbuhkembang.blogspot.com/

RW 10 Kelurahan Baru Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur pada hari Minggu tanggal 19 Agustus 2007 punya gawe rutine tahunan (Gerak jalan warga & bagi-bagi tropy, doorprize) dan gawe baru Peresmian Kelompok Bermain Pendidikan Anak Usia Dini/
PAUD TUMBUHKEMBANG.
Peresmian dilakukan oleh Bapak Camat Pasar Rebo Jakarta Timur (Drs. Denny Wahyu Hariyanto,M.Si) diawali dengan penyerahan SK Kelompok Bermain PAUD TUMBUHKEMBANG oleh Bapak Lurah Baru (Dedi Herdiana,S.Sos) serta disaksikan oleh anggota dan ketua Dekel, Pengurus PKK, Pengurus RW 10 dan segenap Pengurus Rt di RW 10 dan undangan lainnya. Tidak kurang dari 53 orang peserta didik di Kelompok Bermain ini ikut aktif dalam memeriahkan acara pesersmian, yang ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh bapak Camat Pasar Rebo Jaktim dan ditutup dengan penampilan marawis Remaja mushola Al Furqon Rt.01 RW 10 Kel.Baru.
Kelompok bermain PAUD TUMBUHKEMBANG, diketuai oleh Ibu.Hj.Wienarni Darsana dibantu 5 orang fasilitator pembimbing yang berasal dari warga RW 10 Kel,Baru (ibu Endang P, Ibu Heriyati Suharto, Ibu Emma, Ibu Nuraini, dan ibu Susy Sulistyowati). Dalam sambutannya Pembina Kelompok Bermain PAUD TUMBUHKEMBANG (Bp Drs.Darsana Setiawan,M.Si) menyampaikan bahwa layanan publik semacam ini menuntut keseriusan semua pihak untuk terlibat sesuai dengan peran dan kompetensinya masing-masing. Education for All tidak akan bermakna bila tidak melibatkan All for Education.

Catatan : Dengan demikian, siapapun dia (anak usia dini dari putra keluarga mampu maupun belum/tidak mampu secara ekonomi) punya hak yang "sama" untuk mem-peroleh layanan yang "sama" di rumah pendidikan TUMBUH KEMBANGini.Satu-satunya yang membedakan mereka adalah kompetensi bawaan yang diberikan oleh SANG MAHA KUASA PEMILIK ANAK ITU SENDIRI!.

Kita para orang tua hendaknya bersedia memahami dengan tidak mengorbankan PELUANG ANAK UNTUK MEMPEROLEH LAYANAN PENDIDIKAN yang menjadi hak mereka.

Pengelola : e-mail : tumbuh_kembangpaud@yahoo.co.id

PERESMIAN KELOMPOK BERMAIN TUMBUHKEMBANG

RW 10 Kelurahan Baru Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur pada hari Minggu tanggal 19 Agustus 2007 punya gawe rutine tahunan (Gerak jalan warga & bagi-bagi tropy, doorprize) dan gawe baru Peresmian Kelompok Bermain Pendidikan Anak Usia Dini/PAUD TUMBUHKEMBANG.Peresmian dilakukan oleh Bapak Camat Pasar Rebo Jakarta Timur (Drs. Denny Wahyu Hariyanto,M.Si) disaksikan oleh Bapak Lurah Baru (Dedi Herdiana,S.Sos) serta seluruh anggota dan ketua Dekel, Pengurus PKK, Pengurus RW 10 dan segenap Pengurus Rt di RW 10.Tidak kurang dari 53 orang peserta didik di Kelompok Bermain ini ikut aktif dalam memeriahkan acara pesersmian, yang ditandai dengan penandatangan prasasti oleh bapak Camat Pasar Rebo Jaktim dan ditutup dengan penampilan marawis Remaja mushola Al Furqon Rt.01 RW 10 Kel.Baru.Kelompok bermain PAUD TUMBUHKEMBANG, diketuai oleh Ibu.Hj.Wienarni Darsana dibantu 6 orang fasilitator pembimbing yang berasal dari warga RW 10 Kel,Baru.Dalam sambutannya Pembina Kelompok Bermain PAUD TUMBUHKEMBANG (Bp Drs.Darsana Setiawan,M.Si) menyampaikan bahwa layanan publik semacam ini menuntut keseriusan semua pihak untuk terlibat sesuai dengan peran dan kompetensinya masing-masing. Education for All tidak akan bermakna bila tidak melibatkan All for Education.

Catatan :
Kalau begitu siapapun dia (anak usia dini dari putra keluarga mampu maupun belum/tidak mampu secara ekonomi) punya hak yang "sama" untuk memperoleh layanan yang "sama" di rumah pendidikan TUMBUHKEMBANG ini.
Satu-satunya yang membedakan mereka adalah kompetensi bawaan yang diberikan oleh SANG MAHA KUASA PEMILIK ANAK ITU SENDIRI!.

Kamis, 16 Agustus 2007

peresmian kelompok bermain tumbuhkembang

Minggu pagi, tanggal 19 Agustus 2007 merupakan hari bersejarah yang didesain sebagai hari peresmian Kelompok Bermain Pendidikan Anak Usia Dini TumbuhKembang yang berlokasi di Jl. H. Hasan. Gg. Baru No. 34 Rt 002/ RW 10 Kel. Baru Pasar Rebo Jakarta Timur.Tidak kurang dari 52 anak peserta bermain, yang setiap 2 hari sekali (3 kali seminggu) terlibat dalam hari-hari bahagia mereka bermain dalam kelompok usia sebaya (antara 2 sampai 5 tahun), menikmati suasana menyenangkan karena Bapak Camat Pasar Rebo Jakarta Timur (Bp. Drs. Denny Wahyu Hariayanto,M.Si) akan meresmikan Komunitas belajarnya.Disaksikan oleh para anggota Dewan Kelurahan serta Ketua dan Pengurus RW dan Rt di Kelurahan Baru Kec.Pasar Rebo, situasi peresmian akan dirancang akan semakin semarak.Bagaimana kepedulian masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini telah diwujudkan melalui komitmen aktivitas layanan publik Kelompok Bermain PAUD TumbuhKembang ini, dan guliran berikutnya Pemerintah DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat (Ditjen Pendidikan Luar Sekolah c.q Direktorat PAUD Ditjen PLS Depdiknas) yang sangat diharapkan terus memberikan pembinaan ke depan.Inilah salah satu refleksi wujud mengisi KEMERDEKAAN dengan cara MEMERDEKAKAN bangsanya melalui fasilitasi bermain di usia dini yang MEMANG MENJADI HAK ANAK PADA USIA PERKEMBANGANNYA. Mudah-mudahan kita semua juga sudah "MERDEKA" dari ketidakfahaman bahwa usia emas "gold-age" bagi anak-anak kita bukanlah pemberian kita, akan tetapi lebih pada pemenuhan hak mereka.
Merdeka!


Jakarta, 16 Agustus 2007
pengasuh
Kelompok Bermain TUMBUHKEMBANG

Drs.H.Darsana Setiawan,M.Si

Rabu, 01 Agustus 2007

Konstruktivisme dalam pembelajaran ke depan (1)


Konstruktivisme merupakan cara pandang (filosofist) yang menganjurkan perubahan proses pembelajaran skolastik (baik formal maupun non formal dan informal) melalui pengenalan, penyusunan dan penetapan tangkapan pengetahuan berdasar reaksi (di dalam pikiran) peserta didik. Ilmu pengetahuan tidak boleh dipindahkan kepada peserta didik (transfer knowledge) dalam bentuk yang serba "sempurna"/"jadi" melalui program pengajaran guru (Teacher Centered Learning) . Paradigma baru proses pembelajaran dengan teori konstruktivisme ini menyebabkan Guru kehilangan 2 otoritas pedagogik yang selama ini dipegang teguh untuk dipraktekkan di dalam lembaga pendidikan sekolah.Pertama, Guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar, dan kedua, Guru bukan pula satu-satunya sumber kebenaran ilmiah. Dengan demikian secara otomaticly terjadi perubahan orientasi belajar di sekolah dari Teacher Centered Learning ke Student Centered Learning.Teori-teori terdahulu yang menyatakan pikiran dan benak seorang anak (Pembelajar) adalah "kertas putih" atau "botol kosong" (tabularasa), yang siap dipenuhi dengan pengetahuan-pengetahuan baru hingga penuh oleh para Guru di sekolah, sekarang saatnya berubah, karena di dalam otak (benak) anak sudah berisi kecerdasan yang tidak tunggal akan tetapi kecerdasan jamak (multiple inteligence) dengan tingkatan yang berbeda-beda.Aktivitas sekolah, hanyalah memfasilitasi agar kompetensi dirinya yang terdiri dari aspek kecerdasan pikiran (kognisi), ketrampilan (psikomotik) dan sikap perilaku (afeksi) dapat berkembang secara optimum sebagai hasil belajar untuk "survive" dalam kehidupan masa depannya.Konstruktivisme merupakan kata kunci bagi setiap Guru dalam implementasi Kurikulum baru berdasar Standar isi dan Standar Kompetensi Lulusan BSNP tahun 2006.Masalahnya adalah, apakah semua Guru-guru kita sebagai "driver" mobil baru nan mewah bak sedan Cadilac Kurikulum Canggih tersebut faham dengan filosofi konstruktivisme?Jangan-jangan proses pembelajaran yang diterapkan masih seperti dulu-dulu yaitu membebani pembelajar dengan pengetahuan yang tidak berkembang (" dead knowledge") seperti MENGHAFAL dan MENGHAFAL. Whitehead (1929) mengemukakan perlunya perubahan nyata dalam proses pembelajaran yang membebaskan anak untuk mengemukakan ide serta gagasannya di dalam komunitas/kelompok belajarnya. Jangan sampai seorang Guru lebih dominan melakukan "drilling"dengan aktivitas informasi satu jalur dan menjejalkan pengetahuan yang bersifat kaku ( inert ideas ) yang tidak mampu untuk menyelesaikan masalah kehariannya.Barnes (1976) dan Bransford (1986) dalam penelitiannya tentang "inert ideas"di beberapa sekolah formal menemui adanya keterasingan peserta didik dari masyarakat serta pikirannya sendiri, karena kebanyakkan pengetahuan yang diajarkan di sekolah justru tidak mampu menyelesaikan masalah yang ditemukan langsung di masyarakat.Bransford menambahkan pandangannya bahwa pengetahuan yang diperoleh di sekolah, merupakan pengetahuan yang dipindahkan (transfer) dari Guru kepada peserta didiknya, dan ternyata pengetahuan tersebut hanya cukup untuk menjawab permasalahan pencapaian target kurikulum serta target Ujian Nasional semata.Padahal UJIAN BUKANLAH TUJUAN dari sekolah, akan tetapi UJIAN HANYALAH PROSES AKHIR dari suatu jenjang sekolah. Tentu kita berharap, peserta didik kita yang lulus ujian, sekaligus mampu menggunakan hasil belajarnya tersebut untuk menyelesaikan permasahan yang dihadapi. Apabila jawabannya "tidak" maka pastilah ada yang "salah" dalam proses pendidikan sekolah kita!. Dan itu yang terus kita cari serta BENAHI!

Wassalam,
DS